Oleh Syamsul Balda, Founder Institute of Quantum Life
Saudara/i Ku….
Di Masjidil Haram, sehabis menyelesaikan Tawaf, aku segera menepi mencari tempat strategis yang berhadapan langsung dengan Multazam untuk berdoa…
.Aku menemukan tempat yang kebetulan lowong di hadapan Ka’bah.
Lalu aku bersimpuh dan memanjatkan do’a sambil menunggu waktu subuh menjelang.
Saat itulah aku melihat seorang lelaki berkulit hitam dari benua Afrika datang dan langsung mengambil tempat di samping kanan.
Terlintas dalam hati,
“Dengan potongan perawakan dan tampang seperti ini, lelaki kulit hitam ini pasti orang kasar yang tidak berpendidikan.”
Lalu sebagaimana kebiasaan di masjid ketika duduk bersebelahan dalam satu jama’ah, aku menyalaminya.
Tiba-tiba ia bertanya dengan Bahasa Inggris yang bagus sekali tentang asalku.
“Saya dari Nigeria, anda dari mana?”
Aku bilang, “saya berasal dari Indonesia.”
“Kenapa orang Indonesia suka sekali berusaha mencium batu Hajar Aswad..?”
tanyanya memulai percakapan.
“Mungkin karena cinta. Kabah adalah rumah Tuhan, dan Hajar Aswad adalah batu yang pernah dicium Rasulullah. Maka mencium Hajar Aswad adalah refleksi cinta orang Indonesia terhadap Tuhan dan Rasulnya.”
Jawabku sekenanya.
“Apakah orang Indonesia juga bersikap seperti itu terhadap cinta Allah SWT yang dianugerahkan kepada Mereka?””
tanya dia.
“Maksud anda?, Cinta Allah SWT seperti apa yang dianugerahkan kepada kami”?
tanyaku kembali dengan bingung.
Lalu lelaki hitam itu menjawab, “Jika Allah Taala menganugerahkan kalian Istri, anak-anak dan orang tua yang masih hidup, itulah wujud cinta Allah kepada kalian.”
“Pertanyaan saya”, katanya
“Apakah orang-orang Indonesia, berusaha dengan keras dan gigih mencurahkan kasih sayang terhadap anak, istri dan orangtua mereka yang masih hidup yang diamanahkan Allah Ta’ala sebagaimana mereka berusaha mencium Hajar Aswad ?” katanya.
“Jika terhadap batu saja refleksi cinta kalian begitu dahsyat, lebih lagi terhadap makhluk Allah yang telah diamanahkan kepada Kalian…”
tegasnya lagi.
Aku tercekat, hilang akal dan tak mampu berkata lagi…
Apalagi saat ia bercerita bahwa ia menyelesaikan PhD-nya di Harvard University, USA, namun memilih pulang membesarkan anak-anaknya yang 6 orang agar mampu menjadi Muslim yang baik..
Maka runtuhlah semua persangkaanku terhadap orang ini.
Allah membayarnya langsung tunai saat itu juga..!
Setelah shalat Subuh, sebelum berpisah ia memberi nasehat yang sampai saat ini masih teringat di kepalaku:
“Keberhasilan Haji atau Umrah kita, Mabrur atau tidaknya,
“dinilai bukan pada saat kita menyelesaikan ritual-ritual Haji/ Umrah; seperti “Tawaf”, “Sa’i”, atau bahkan mencium Hajar Aswad, namun, dinilai pada saat kita kembali ke keluarga dan lingkungan.”
“Apakah kita mampu menunaikan amanah-amanah, mensyukuri dan menjaga anugerah-anugerah, kasih sayang Allah Ta’ala kepada kita dengan bersungguh-sungguh, bersusah payah, mencurahkan kasih sayang kepada orang-orang yang kita cintai, pekerjaan dan masyarakat.”
Aku genggam tangannya.
Aku memeluknya dan menyampaikan terima kasih…
Saat dia pergi diantara kerumunan orang, aku jadi faham,
inilah cara Allah Taala menegurku…
dan menyampaikan makna mencium Hajar Aswad.
Oleh karena itu mari kita bersama belajar untuk menjadikan orangtua kita, istri / suami, anak-anak, saudara-saudara serta sahabat, sebagai ladang amal ibadah kita…
Dan bukan merupakan sumber gosip atau ladang dosa-dosa kita…
Allah SWT Berfirman:
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِۦ شَيْئًا ۖ وَبِالْوٰلِدَيْنِ إِحْسٰنًا وَبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِينِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنۢبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمٰنُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Dan SEMBAHLAH ALLAH dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan BERBUAT BAIKLAH kepada kedua orangtua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, Ibnu Sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki.
Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”
(QS. An-Nisa’ 4: 36)
***
Mudah-mudahan Allah swt mengundang kita semua sebagai tamu-Nya di Baitullah, Makkah al-Mukarramah dan Madinah al-Munawwarah.
😌🙏❤💕