Oleh: Abdul Hamid Husain, Alumni: King Abdulaziz University, Jeddah; Umm Al Qura University, Makkah; Gontor, Ponorogo,
Wartasyariah.com, Hanya gara gara berbeda pemahaman, beda guru ikutan, beda kelompok, beda aliran dan golongan, merasa benar sendiri, rela saling bermusuhan, mau saling membenci, bahkan saling menghancurkan.
Terkadang akal sehat, tidak mampu memahami, kok mau saling membunuh, saling membakar, dan berlomba saling menghancurkan dan memusnahkan faslitas kehidupan.
Dari perbedaan pemahaman keyakinan dan aliran keagamaan, akan menjalar ke dorongan birahi politik dan kekuasaan. Ingin berkuasa dan menguasai.
Inilah yang terjadi di Suria, Iraq, Yaman, Afghanistan, Mesir dan di beberapa negara lainnya.
Tidak membangun masyarakat dan negara, tapi berlomba menghancurkan dan saling membunuh.
Yang selamat dari ledakan bom dan tembakan senjata, berlarian keluar meninggalkan negaranya menjadi pengungsi di mana mana.
TRUES STORIES:
1 Ketidak keseragaman, dan adanya perbedaan adalah Sunnatullah dan Iradah Allah.
2. PENILAIAN akhir dan penentuan yang benar ada pada Allah. Allah pulalah yang memberikan Imbalan bagi yang benar dan siksa bagi yang salah pilih.
3. Jika tidak bijak menghadapi perbedaan, lalu memperbesar perbedaan itu untuk saling menghujat, memusuhi, mencaci, fitnah dan melecehkan, maka 1 akan jadi arang, yang 1 jadi abu, yang 1 lagi jadi kambing aduan, dan yang lainnya jadi kambing guling disantab rame rame oleh yang membayar.
POINTERS:
1. Jangan merasa hebat dan benar sendiri, sehingga yang lain selalu dilihat rendah dan salah.
2. Rajin membaca, perluas wawasan, jangan berkacamata kuda.
3. Cara menghadapi beda pendapat adalah:
– kembalikan pada tuntunan Agama dengan pemahaman yang betul. Ikuti Ijtima Ulama Pewaris Nabi.
Yaitu Pewaris Ajaran Nabi yang santun, jujur, bijak dan “Bil Hikmati Wal Mau’idzatil Hasanah”.
4. Bukan Ulama dadakan, muncul musiman menjelang PEMILU, tukang caci maki, penyebar ujaran kebencian dan hasud. Memuja junjungan pilihannya setinggi langit tapi memfitnah, menghujat, melecehkan dan memusuhi yang lain meski sesama Muslim.
5. Perkokoh persaudraan, bermusyawarah, berdialog dan diskusi dalam suasana sejuk penuh persaudaraan dan santun. Bukan saling menyalahkan, merendahkan, melecehkan.
6.Teruslah aktif membangun suasana harmoni dan damai, sebagai TUJUAN utama beragama. Sehingga tenang dalam beribadah.
Mari kita jadikan “Perbedaan itu INDAH” dan saling melengkapi.
HADITS NABI ;
عنْ أَبِى مُوسَى – رضى الله عنه – قَالَ:
قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الإِسْلاَمِ أَفْضَلُ قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ.
Artinya;
Abu Musa RA menjelaskan bahwa;
“Para Sahabat bertanya;
Yaa Rasulallaah, Bagaimanakah ber Islam yang paling baik?”.
Rasulullah menjawab:
“Muslim yang terbaik adalah yang menyelamatkan orang orang Islam dari LIDAHnya dan TANGANnya”.
7. Perbanyak berjalan dan melihat tempat tempat lain, negara lain, bangsa lain dan belahan dunia luar.
Allah SWT berfirman:
يمعشر الجن والانس ان استطعتم ان تنفظوا من اقطار السموات والارض فانفذوا ( الرحمن ٥٥ الاية ٣٣).
Artinya:
“Wahai Jin dan Manusia!, jika kamu sanggup melintasi, menembus penjuru Langit dan Dunia, maka lintasilah”.
(QS Ar Rahmaan 55, ayat 33).
Yaa Allah, Bimbinglaah kami agar kami mampu bersatu, jauhkan kami dari perselisihan dan permusuhan di antara kami bangsa Indonesia. Anugerahi kami di dunia penuh kebaikan, dan di Akhirat penuh kebaikan.**MA
Semoga kita senantiasa dalam ampunan, lindungan dan rahmat Allah SAW. Amin
Penulis adalah Pengasuh “Alhusniyah Islamic School”, (PAUD, TK, SD, SMP, SMA, TPQ & MDTA).