Pengeluaran (expenditure) Muslim Indonesia terhadap konsumsi makanan dan minuman serta layanan pesan-antar diperkirakan mencapai Rp 1.000 Triliun, menurut Mastercard-Crescent Rating Halal Food Lifestyle Indonesia Report 2021, yang disusun bersama Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Islam (KNEKS). Laporan tersebut dirilis dalam acara forum virtual internasional bertajuk “Halal Dining ASEAN Forum 2021” pada 15 Desember 2021. Seiring dengan upaya pemulihan perekonomian nasional, sektor ini akan terus menciptakan peluang besar untuk mempercepat pemulihan pasar domestik Indonesia dalam jangka pendek maupun menengah.
Laporan ini merupakan seri ke-2 dalam rangkaian “Halal Food Lifestyle Reports” yang diterbitkan oleh Mastercard & Crescentrating. Laporan pertama yang dirilis pada bulan Maret 2021 adalah tentang pasar kuliner halal Singapura. Seiring dengan pembatasan perjalanan yang masih berlangsung sejak awal tahun, laporan-laporan ini membahas lebih dalam tentang upaya kebangkitan sektor industri makanan dan minuman saat pelonggaran pembatasan ruang gerak konsumen dilakukan. Termasuk, dalam meningkatkan pelayanan untuk konsumen muslim pada saat destinasi wisata kembali normal.
Hasil studi komprehensif mengenai kebiasaan konsumen muslim Indonesia yang dibahas dalam laporan ini mengungkapkan bahwa Gen X adalah konsumen terbesar dilihat dari pengeluaran per kapita dan total pengeluarannya, dengan total 30% dari populasi Indonesia. Kemudian diikuti oleh kaum milenial sebagai konsumen terbesar kedua yang menyumbang 28% dari populasi muslim lokal. Gen X dan Milenial menyumbang hampir 60% dari total pengeluaran makanan di Indonesia. Di sisi lain, Gen Z adalah target pasar berikutnya yang harus diperhatikan.
Saat mereka memasuki dunia kerja di tahun-tahun mendatang, pemahaman tentang perilaku mereka akan membuka peluang bagi para pemain industri makanan dan minuman. Pendapatan bulanan rata-rata dari 70% responden yang belanja kurang dari Rp 500.000 per bulan untuk makan adalah kurang dari Rp 5.000.000. Jumlah ini merupakan 10% dari pendapatan mereka. Masakan lokal Indonesia masih menjadi yang paling populer, terutama masakan khas jawa.
Namun, belakangan ini masakan asia menjadi semakin popular di kalangan masyarakat Indonesia. Selain itu, laporan ini juga menyoroti kontribusi sektor makanan pedagang kaki lima sebagai bagian penting dari gaya hidup masyarakat Indonesia. Dapat dikatakan, sektor ini merupakan penyelamat dalam menjaga ketahanan ekonomi sektor makanan baik bagi konsumen dan pedagang kaki lima.Indonesia secara konsisten menempati posisi teratas sebagai destinasi ramah muslim favorit yang dilansir dalam Mastercard-Crescentrating Global Muslim Travel Index.
Sektor makanan dan minuman akan memiliki peran penting dalam memulihkan perekonomian Indonesia terutama dimasa pandemi dan pasca Covid-19. “Pengembangan ekosistem makanan halal juga perlu memperhatikan perubahan perilaku konsumen. Misalnya, setelah terjadi pandemi Covid-19, kita cenderung memilih makanan yang sehat, bersih dan higienis. Ketiga karakter tersebut dapat diasosiasikandengan halal. Ini berarti, potensi pasar makanan halal adalah semua kalangan, terlepas dari agama dan keyakinannya.Pola konsumsi masyarakat juga dipengaruhi oleh transformasi di bidang teknologi. Digitalisasi berhasil menyuguhkan aplikasi on-demand yang semakin memanjakan masyarakat. Transaksi online menjadi semakin mudah, mulai dari pemesanan, pembayaran, hingga pilihan pengantaran makanan.” Kata K.H. Ma’ruf Amin, Wakil Presiden Republik Indonesia.
“Kami sangat mengapresiasi kerja sama antara KNEKS dan Mastercard-Crescent Rating yang telah meluncurkan The Mastercard-Crescent Rating Halal Food Lifestyle Indonesia 2021 Report, yang mencerminkan industri pariwisata ramah Muslim, khususnya makanan halal. Semoga report ini dapat mengangkat potensi besar makanan halal di Indonesia dan dapat menjadi gelombang baru pertumbuhan ekonomi nasional” Ujar Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.
“Disaat banyak destinasi wisata bertekad untuk memulai kembali aktivitas ekonominya, masih ada tantangan akan munculnya varian baru Covid-19. Kendati demikian, kami berharap kehidupan kita akan segera kembali normal di tahun 2022. Keragaman kuliner Indonesia merupakan aset negara yang besar. Meskipun konsumen lokal masih menjadi penggerak dan pendorong utama pertumbuhkan sektor kuliner halal Indonesia, awal yang baik ini dapat menjadi momentum untuk membangun kembali bagaimana Indonesia dapat menjadi surga kuliner halal di kawasan ini,” kata Fazal Bahardeen, CEO CrescentRating & Halal Trip.
Navin Jain, Country Manager, Indonesia, Mastercard mengatakan, “Sebagai pasar ekonomi halal terbesar di seluruh dunia, jumlah pengeluaran domestik terhadap produk dan jasa halal di Indonesia pada tahun 2020 menyentuh angka USD 184 miliar dan angka ini diprediksikan meningkat menjadi USD 281,6 miliar pada tahun 2025. Mastercard berkomitmen untuk terus mendukung ekosistem industri halal di Indonesia melalui rangkaian produk, teknologi dan wawasan yang dimiliki perusahaan guna mendorong gaya hidup halal sebagai faktor pembeda di industri pariwisata halal global.”
“Peluncuran laporan ini diharapkan dapat menjadi katalisator bagi perkembangan industri makanan dan minuman Halal serta mempererat kerjasama antar pemangku kepentingan dalam upaya mendongkrak industri Halal di Indonesia.” ujar Ventje Rahardjo dari KNEKS.
Pasar wisatawan muslim memiliki pertumbuhan tercepat di industri pariwisata dunia. Sebelum pandemi COVID-19 tercatat hampir 160 juta wisatawan bepergian di tahun2019. Mastercard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2021 yang dirilis pada bulan Juli tahun ini, memproyeksikan bahwa pasar ini akan pulih hingga 80% dari 2019 pada tahun 2023. Dengan banyaknya destinasi wisata dibuka kembali untuk para turis internasional, pasar ini akan terus tumbuh dan berperan penting dalam mempercepat pemulihan ekonomi di destinasi wisata.