Lombok Barat, NTB — Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat (NTB) menarget lima pesantren menjadi penggerak ekonomi syariah di NTB, tahun ini.
Berdasarkan keterangan tertulis dari Kepala Perwakilan BI NTB Heru Saptaji, pembangunan industri serta ekonomi syariah, prioritas dari pondok pesantren.
Skala pembangunan ekonomi syariah itu bisa dilakukan secara daerah dan nasional, agar keberadaannya bisa menjadi berkah yang luar biasa.
”Ekonomi syariah akan terus kami didorong agar mampu memberi kontribusi nyata bagi penguatan ekonomi masyarakat dan daerah,” ujar Kepala Perwakilan BI NTB Heru Saptaji.
Menurut Heru, salah satu upayanya yakni melalui implementasi Hebitren (Himpunan Ekonomi dan Bisnis Pesantren).
Hebitren adalah penyatuan dari lima pondok pesantren yang telah diafiliasi ke pesantren-pesantren lain.
Pihak Bank Indonesia NTB telah mendata ada 2-3 pesantren baru yang akan bergabung dalam Hebitren dalam waktu dekat ini.
Sementara itu, pada tahun 2022 ke depan diharapkan realisasi terhadap afilisiasi seluruh pesantren juga bisa terwujud.
”Semua pesantren dalam konteks membangun ekonomi pesantren ini kita target sebanyak-banyaknya,” pungkas Heru.
Upaya ini diharapkan dapat bermuara ke masing-masing pondok pesantren agar siap maju serta melakukan kemandirian ekonomi.
Hal itu menjadi angin segar yang amat berpengaruh pada iklim ekonomi di daerah. Terpenting adalah semangat membangun ekonomi syariah yang diperkut.
Begitu juga kontribusi dan partisipasi dari para santri yang terlibat untuk merealisasikan aktivitas ekonominya secara terarah, jelas, dan tuntas.
Otoritas Bank Indonesia NTB, menyatakan siap melakukan intervensi pendampingan kepada para pelaku usaha ekonomi Syariah di pondok pesantren.
”Karena kita juga menginginkan suatu kemandirian yang bersifat fundamental, jadi bukan yang situasional dadakan,” paparnya.
Dikatakan, membangun ekonomi syariah tak hanya berpaku pada jumlah yang banyak. Melainkan juga kualitas. Kuantitas yang banyak tanpa dibarengi kualitas yang mumpuni tentu tak akan memberikan hasil yang maksimal.
Ditopang pembangunan pesantren dengan memperkuat infrastuktur dan kelembagaan. ”Yang penting kuantintasnya dibarengi dengan kualitas yang bagus,” imbuhnya.***